Friday, October 21, 2005

CAHAYA AYAT KURSI

Salah satu hal yang menakjubkan dan selalu mengagumkan dari hari ke hari adalah bersinarnya setiap ayat Al Qur'an dalam gelap kehidupan manusia. Disaat kita merasa sendiri dan tanpa harapan, selalu ada sinar yang terang, jernih dan damai dalam ayat-ayat firmannya.

Seperti dalam cahaya ayat kursi berikut ini. Betapa kita tak perlu kuatir dalam 24 jam kehidupan kita asalkan bisa dan mau membacanya setelah ikhtiar alami sewajarnya.

Hikmat Membaca Ayat Al-Kursi mengikut Hadist nabi :

Barang siapa membaca ayat Al-Kursi pada saat-saat :

1. Berbaring hendak tidur di tempat tidurnya, Allah SWT mewakilkan dua orang Malaikat memeliharanya hingga subuh. Allah SWT memelihara rumahnya, rumah jirannya dan ahli rumah-rumah disekitarnya.

2. Di Akhir setiap sembahyang fardhu, dia akan berada dalam lindungan Allah SWT hingga waktu sembahyang yang lain dan tidak mencegah akan dia daripada masuk syurga kecuali maut. Allah SWT juga menganugerahkan hati orang yg bersyukur, setiap perbuatan orang yg benar, pahala nabi2 serta melimpahkan padanya rahmat. Allah SWT akan mengendalikan pengambilan rohnya dan dia adalah seperti orang yang berperang bersama Nabi Allah sehingga mati syahid.

3. Saat sebelum keluar rumahnya, maka Allah swt mengutuskan 70,000 Malaikat kepadanya - mereka semua memohon keampunan dan mendoakan baginya.

4. Di saat dalam kesempitan niscaya Allah swt berkenan memberi pertolongan kepadanya.

Dari Abdullah bin 'Amr r.a., Rasulullah S.A.W. bersabda,

"Sampaikanlah pesanku biarpun satu ayat..."

Utamakan SELAMAT dan SEHAT untuk Dunia Mu,

Utamakan SHOLAT dan ZAKAT untuk Akhirat Mu

Wednesday, October 19, 2005

Words of a WS Wendra

Sering kali aku berkata,

ketika orang memuji milikku,
bahwa sesungguhnya ini hanya titipan,
bahwa mobilku hanya titipan Nya,
bahwa rumahku hanya titipan Nya,
bahwa hartaku hanya titipan Nya,
bahwa putraku hanya titipan Nya,
tetapi,
mengapa aku tak pernah bertanya,
mengapa Dia menitipkan padaku?
Untuk apa Dia menitipkan ini pada ku?

Dan kalau bukan milikku,
apa yang harus kulakukan untuk milik Nya ini?
Adakah aku memiliki hak atas sesuatu yang bukanmilikku?
Mengapa hatiku justru terasa berat,
ketika titipan itu diminta kembali oleh-Nya ?

Ketika semua itu diminta kembali,
kusebut itu sebagai musibah,
kusebut itu sebagai ujian,
kusebut itu sebagai petaka,
kusebut dengan panggilan apa saja
untuk melukiskan bahwa itu adalah derita.

Ketika aku berdoa,
kuminta titipan yang cocok dengan hawa nafsuku,
aku ingin lebih banyak harta,
ingin lebih banyak mobil,
lebih banyak rumah,
lebih banyak popularitas,
dan kutolak sakit,
kutolak kemiskinan,

Seolah ...
semua "derita" adalah hukuman bagiku.
Seolah ...keadilan dan kasih Nya
harus berjalan sepertimatematika

aku rajin beribadah,
maka selayaknyalah derita menjauh dariku,
dan Nikmat dunia kerap menghampiriku

Kuperlakukan Dia seolah mitra dagang,
dan bukan Kekasih.
Kuminta Dia membalas "perlakuan baikku",
dan menolak keputusanNya yang tak sesuaikeinginanku,

Gusti,
padahal tiap hari kuucapkan,
hidup dan matiku hanyalah untuk beribadah...
"ketika langit dan bumi bersatu,
bencana dan keberuntungan sama saja"

(WS Rendra).